Culinary Adventure

The Origins of Karaage

 

Karaage, a popular Japanese culinary delight, has a rich history that dates back to the introduction of fried cooking techniques from continental Asia. The term "karaage" originally referred to a method of cooking involving the deep frying of various foods, particularly fish and vegetables, using a thin batter. However, it is most commonly associated with chicken in contemporary contexts. This transformation became prominent during the early 20th century when the dish began to gain popularity across Japan as fried chicken emerged as a national favorite.

The variations of karaage are numerous, stemming from regional influences that contribute to its preparation and flavors. For instance, the way karaage is seasoned and marinated can differ significantly; in certain areas, soy sauce and ginger are traditional components, while others may utilize sake and garlic for depth of flavor. Likewise, the choice of chicken parts is also diverse, with different cuts such as thighs or wings being favored depending on personal preference and locality.

Cultural significance plays a crucial role in the relationship Japanese people have with karaage. Frequently enjoyed during family gatherings, picnics, and festivals, it is more than just a dish—it is a symbol of shared experiences and communal enjoyment. In present times, karaage has extended beyond its local roots, becoming a staple at izakayas (Japanese pubs) and convenience stores across the nation, further solidifying its place in Japanese gastronomy.

As the dish evolves, modern interpretations and fusion recipes continue to emerge, showcasing the adaptability of karaage. From innovative variations that incorporate global flavors to traditional recipes that honor its historical roots, karaage remains an essential element of Japanese cuisine. The evolution of this beloved dish reflects both the contemporary culinary landscape and the enduring appreciation for Japan's rich food heritage.

Golden and Crunchy: A Culinary Adventure with Japan’s Karaage

Discover the rich history and delightful variations of karaage, a popular Japanese dish synonymous with deep-fried chicken. This blog post explores the origins of karaage, traditional recipes, and modern adaptations that showcase its versatility in Japanese cuisine. Learn the art of making perfect karaage, from the essential marinade ingredients to frying techniques that yield a crispy texture. Uncover serving suggestions that elevate this culinary treat for any occasion, ensuring you appreciate the cultural significance of karaage in shared experiences and celebrations. Join us on a journey to celebrate this beloved dish that continues to evolve and captivate palates globally.

Presiden Prabowo Subianto mengumumkan bahwa alokasi anggaran untuk kesejahteraan guru ASN dan non-ASN akan meningkat pada 2025 menjadi Rp81,6 triliun, naik sebesar Rp16,7 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

 

Kebijakan itu diumumkan Presiden saat berpidato dalam agenda puncak peringatan Hari Guru Nasional 2024 di Velodrom Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis.

 

"Hari ini saya agak tenang berdiri di hadapan para guru, karena saya bisa menyampaikan bahwa kami walau baru berkuasa satu bulan, kami sudah bisa umumkan bahwa kesejahteraan guru bisa kami tingkatkan," ujarnya.

Baca juga: Prabowo berikan "Anugerah Guru Hebat Indonesia 2024" kepada dua guru

 

Dalam kegiatan itu, Presiden menekankan pentingnya peran guru dalam pembangunan bangsa, sekaligus mengumumkan berbagai kebijakan baru yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pendidik.

 

Presiden menguraikan bahwa pemerintah telah meningkatkan anggaran untuk kesejahteraan guru Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), serta guru non-ASN.

 

Guru ASN akan menerima tambahan kesejahteraan sebesar satu kali gaji pokok, sementara tunjangan profesi bagi guru non-ASN dinaikkan menjadi Rp2 juta per bulan.

 

Presiden mengatakan bahwa anggaran untuk kesejahteraan guru ASN dan non-ASN juga dialokasikan untuk kegiatan sertifikasi bagi para guru di seluruh daerah.

 

"Tahun 2025, terdapat 1.932.666 guru yang berserfitikat pendidik, yaitu 64,4 persen, terdapat peningkatan sebanyak 650 guru bersertifikat dibanding tahun 2024," katanya.

 

Sebagai bagian dari komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru, sebanyak 806.486 guru ASN dan non-ASN yang telah memenuhi kualifikasi pendidikan Diploma IV (D4) atau Sarjana (S1) akan mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) pada 2025.

Baca juga: Mendikdasmen dampingi Presiden naik panggung hibur para guru

Baca juga: Prabowo menitikkan air mata di hadapan para guru

Selain itu, pemerintah akan memberikan bantuan pendidikan bagi 249.623 guru yang saat ini belum memiliki gelar D4 atau S1 untuk melanjutkan studi mereka.

 

Adapun bentuk dukungan untuk guru non-ASN yang belum bersertifikasi, kata Presiden, akan diberikan bantuan dana tunai melalui transfer perbankan yang sedang dirancang bersama Badan Pusat Statistik (BPS) untuk membantu kelompok ini.

 

“Jumlah penerimanya akan disampaikan pada tahun 2025. Sekarang oleh BPS sedang dihitung dan dicari, baik nama dan alamat persis, siapa yang berhak menerima manfaat tersebut," katanya.

 

Presiden Prabowo menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari langkah konkret pemerintah untuk memastikan guru mendapatkan penghargaan yang layak atas kontribusi mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.